Sabtu, 24 November 2012

Semangat Matador dan Protes Dalai Lama



 
Tanggal 14 September 1972 lampau, Dewan Kesenian Subaya (DKS) berdiri. Kini telah 41tahun perjalanan hidup dijalani. Namun DKS mengalami pasang surut dan tahun 2012 ini mungkin –masih- menjadi tahun keprihatinan. Dalam kondisi mati suri tersebut beberapa perupa masih memiliki semangat untuk membangkitkan lagi DKS. Harapan itulah yang terpancar dalam acara Gelar Seni Rupa Spirit 41 Tahun DKS.

Acara yang digelar di Galeri Surabaya Jalan Yos Sudarso itu menampilkan 29 karya perupa dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Ngawi, Bandung, serta Bali. Karya yang dipamerkan 25 lukisan, tiga instalasi dan sebuah fotografi. Beberapa yang menarik perhatian dalam ruang pameran tersebut adalah instalasi karya Bagas AP yang berjudul “Kursi Atos”.

Karya ini mampu mencuri perhatian karena warna merah mencolok dari kain yang menjadi backdrop. Objek utama adalah sebuah kursi kayu tanpa cat, dan di atas sandaran terdapat tengkorak hewan (semacam banteng) dengan sepasang tanduk yang panjang melengkung ke atas. Tengkorak tersebut terkesan futuristik karena terbuat dari Printed Circuit Board (PCB) lengkap komponen-komponennya. Begitu juga di bagian dudukan kursi yang diberi rangkaian-rangkaian hardware komputer.

Bahan kursi yang terbuat dari kayu dipadu dengan barang-barang produksi modern seperti bercerita tentang sebuah evolusi-mutasi; lampau menuju kekinian. Tanduk yang menjulang dengan backdrop pasti langsung mengingatkan kita pada matador-matador Spanyol yang menantang banteng-banteng liar. Apakah ada korelasi kain warna merah dengan amarah banteng?

Pada tahun 2007, Discovery Channel menguji apakah banteng akan menyerang warna atau gerakan dalam tiga percobaan terpisah. Pertama, mereka menempatkan tiga bendera, yang berwarna merah, biru dan putih, pada kandang banteng. Banteng kemudian menyeruduk ketiga bendera tersebut tanpa memperhatikan warnanya.

Selanjutnya, mereka menaruh tiga boneka berbaju merah, biru dan putih di atas arena, dan sekali lagi banteng menyeruduk ketiganya tanpa diskriminasi. Akhirnya, mereka menempatkan orang hidup berbaju merah di arena dengan banteng. Orang itu berdiri diam sementara ada dua koboi yang memakai baju bukan merah yang bergerak di sekitar arena. Banteng itu kemudian menyerang ketika koboi tersebut bergerak dan tidak menyentuh orang berpakaian merah sedikit pun.

Kursi sebagai sebuah tempat duduk adalah sebuah bukti eksistensi. Namun meski sudah dilengkapi perangkat komputer secanggih apapun, kursi itu tidak akan pernah ada gunanya tanpa orang mendudukinya. Kursi raja menjadi sangat berharga juga karena ada sang raja. Mungkin seperti itulah kondisi DKS atau lebih luasanya kesenian di Surabaya saat ini.  DKS sebagai sebuah lembaga memang masih ada namanya. Namun secara eksistensial apakah DKS masih bisa dianggap ada?

Sama dengan kain merah milik para matador itu, hanya sebagai lambang. Banteng-banteng itu tidak akan tertarik perhatiannya karena warna merah, tapi karena gerakan-gerakan kain tersebut. Jika semua hanya duduk manis, bukan tak mungkin ulang tahun DKS yang ke 42 tahun depan menjadi acara haul. Sebuah peringatan atas kematian. Tapi semoga saja tidak karena masih banyak seniman-seniman yang aktif berkarya. Mereka masih mampu membangkitkan lagi gairah berkesenian di kota Surabaya.

Bara api semangat –sekaligus protes- itu sepertinya coba direfleksikan oleh Taufik Monyong dalam intalasi karyanya yang dipajang di halaman Balai Pemuda.  Intalasi tersebut tanpa judul. Karya Taufik ini juga didominasi warna merah. Di tengah-tengah terdapat tiang bendera yang mengibarkan Sang Saka Merah Putih. Tiang-tiang itu terbuat dari bambu yang dicat merah. Di bambu-bambu yang salin terjalin itu tergantung palu raksasa yang juga berwarna merah menyala. Di sekelilingnya ada tumpukan karung yang melingkar. Karung-karung itu juga berwarna merah. Di tengah lingkaran itu, karung-karung dibakar. Pelan namun pasti, karung-karung tersebut akan menjadi api. Ini berarti juga seni instalasi tanpa judul itu pelan-pelan namun pasti juga akan musnah terbakar.

Seni membakar dirinya sendiri. Cukup ironis. Mengingatkan kita pada aksi-aksi bakar diri sebagai bentuk protes yang sering dilakukan di Tibet. Associated Press pernah memberitakan aksi bakar diri yang dilakukan seorang mantan biksu bernama Tenzin Phutsong. Maraknya aksi bakar diri yang dilakukan oleh biksu Tibet menimbulkan kekhawatiran banyak pihak.

Pemerintah China menyalahkan biksu Tibet sebagai biang keladi aksi bakar diri ini. Seorang pejabat Departemen Agama China menuding seorang biksu Budha Tibet yang memiliki kedekatan dengan Dalai Lama, yang dikenal sebagai pemimpin spiritual Tibet, menerapkan ajaran esktrem untuk para biksu melakukan aksi bakar diri.

Terlepas dari masalah di negeri China itu, yang pasti membakar diri sendiri, seni membakar membakar dirinya sendiri adalah sebuah bentuk protes. Kegelisahan atas sebuah kondisi kesenian di Kota Surabaya. “Pameran ini memang dalam rangka memperingati 41 tahun DKS. Semoga pameran yang digelar dengan sederhana ini mampu menjadi spirit untuk menjadi lebih baik di masa-masa mendatang,” kata ketua panitia pameran, Muit Arsa saat ditemui Jumat (23/11) lalu.

Dalam ulang tahun ke-41 tersebut, DKS juga mendapat kado sebuah lukisan di atas biji semangka karya Murya Wijen. Lukisan lambang DKS. Sebagai seniman lukis asal Ngawi, Murya juga menaruh harapan agar DKS bisa bangkit lagi. “Lukisan itu saya buat khusus sebagai kado ulang tahun untuk DKS. Surabaya sebagai kota besar seharusnya juga mampu menjadi jembatan yang menghubungkan seniman-seniman dari seluruh Jawa Timur,” tuturnya.zaki zubaidi

1 komentar:

Unknown mengatakan...

saya mengucapkan banyak terimakasih kepada MBAH WITJAKSONO yang telah menolong saya dalam kesulitan,ini tidak pernah terfikirkan dari benak saya kalau nomor yang saya pasang bisa tembus dan ALHAMDULILLAH kini saya sekeluarga sudah bisa melunasi semua hutang2 kami,sebenarnya saya bukan penggemar togel tapi apa boleh buat kondisi yang tidak memunkinkan dan akhirnya saya minta tolong sama MBAH WITJAKSONO dan dengan senang hati MBAH WITJAKSONO mau membantu saya..,ALHAMDULIL LAH nomor yang dikasih semuanya bener2 terbukti tembus dan baru kali ini saya menemukan dukun yang jujur,jangan anda takut untuk menhubungiya jika anda ingin mendapatkan nomor yang betul2 tembus seperti saya,silahkan hubungi MBAH WITJAKSONO DI 0852_2223_1459. ingat kesempat tidak akan datang untuk yang kedua kalinga KLIK=>>> BOCORAN ANGKA TOGEL